Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menulis Resensi Puisi Cinta Tentang Liang Per-anak-an

What? Resensi Puisi "Liang Per-anak-an"? Apa mau dikata? Itu maksudnya? Hm... Kita membahas hal yang lebih bernuansa jalinan cinta. Seorang yang sudah tumbuh dewasa pasti akan mengalami pernikahan. Ya, mereka akan menikah dengan seseorang yang lain, yang berbeda jenis. Masalah status pernikahan, tidak ada kata yang lain yang paling sensitif dibicarakan yakni masalah hubungan yang bersifat keintiman pribadi kedua mempelai, rahasia di kamar.


Lalu apa makna sebenarnya pada puisi cinta “Liang Per-anak-an”? Tidak ada kata makna sebenarnya. Yang ada adalah penafsiran masing-masing individu atas puisi. Berikit penafsiran puisi tersebut yang akan saya jabarkan.

Baca: Resensi Puisi Cinta Sebingkai Senyuman

Liang Per-anak-an

Kupikirkan sejenak, beranak meriak.
Cinta bukan keputusan tuntutan liang peranakan.

Resensi Puisi Cinta Sebingkai Senyuman


“Kupikirkan sejenak, beranak meriak.”

Dalam kalimat di atas, si penulis (pura-pura orang lain yang menulis) mencoba menghadirkan beberapa makna puisi cinta. Bisa jadi kegiatan melakukan pemikiran walaupun sejenak, entah dalam kondisi santai atau terlintas dalam pikiran, dalam konteks persiapan pernikahan (bila terbaca dari kalimat berikutnya) atau sudah pernikahan. Namun hanya sekedar berpikir sejenak, terbayang berbagai cabang masalah kehadiran atau persoalan anak. Dalam kalimat, “Beranak meriak” bisa diartikan anak-anak yang terlahir dengan segudang masalahnya. Sepertinya si penulis mencoba membuat kisah keluhan seseorang yang tidak menuntut memiliki anak.

Ketika persoalan dilimpahkakan pada kejadian sesudah pernikahan, maka ada masalah lain dalam ikatan keluarganya yakni kemandulan. Sehingga pemikiran serius menaruh perhatian pada persoalan anak. Seseorang mencoba sejenak berpikir ingin keluar dari masalah dengan kondisi pemikiran yang tenang. Ia ingin mencari solusi dan menjawab bahwa kemandulan bukan hal yang menentukan letidakcintaan. Hal ini bisa didukung dengan kalimat puisi, “Cinta bukan keputusan tuntutan liang peranakan.”

Banyak sekali keretakan dalam hubungan keluarg hanya dipicu faktor anak. Hal ini pun sedang dialami oleh seseorang yang mengalami kemandulan. Ada beberapa pihak yang seolah menekan untuk menghadirkan anak dan kondisi kecintaan rumah tangga pun menjadi bermasalah hanya karena tidak ada kehadiran anak. Seolah cinta dalam diri seseorang hanya diputuskan dengan tuntutan kehadiran anak yang disimbolkan dengan liang peranakan.

Makna lain puisi cinta "Liang Per-anak-an" harus ditulis lengkap “Kupikirkan sejenak, beranak meriak. Cinta bukan keputusan tuntutan liang peranakan.” Mengartikan bahwa seseorang sejenak memikirkan sesuatu mengenai pernikahan namun terbayang berbagai konflik rumah tangga yang dialami banyak orang hanya dipicu ketidakhadiran seorang anak. Ketika masih pacaran cintanya bukan mainan. Setelah menikah, ternyata hanya faktor anak, cinta luntur, tidak berbekas, tantas cari pasangan lagi. Biasanya mencari pasangan lagi dilakukan para pria, bisa dengan terlebih dulu bercerai atau berpoligami.

Padahal, kalau orang sudah cinta, tidak tidak akan luntur hanya persoalan ketidakhadiran anak. Bila cinta luntur hanya persoalan ketidakhadiran anak, maka dengan tegas bahwa “Cinta bukan keputusan tuntutan liang peranakan.”