Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Puisi Tak Purnama Rembulan

Resensi Puisi: “Tak purnama rembulan di tiap penyatuan nafas, terlalu banyak cerita yang hangus. Cinta kian memblur, kabur, dari pandangan mata. Aku hanya mampu menabur aroma kopi pagi untuk sisi lain hidupmu.


Pada dasarnya, makhluk hidup di dunia tidak ada yang sempurna, maisng-masing memiliki kekurangan. Apakah ada manusia yang mengaku dirinya sudah masuk dalam kesempurnaan? Hanya orang gila yang berani mengatakan sempurna karena tiap perkataannya pun pertanda ketidaksempurnaan akal gilanya. Sehingga orang-orang waras tidak ada yang berani berkata sempurna. Kalaupun ada yang mengaku sempurna, itu hanya penilaian berdasarkan perbatasan kesempurnaan.

Ketidaksempurnaan pun termuat dalam bait puisi, “Tak Purnama Rembulan”. Purnama di sini mengartikan tidak utuh, tidak bulat yang artinya tidak sempurna dengan pancaran rembulan. Menariknya, bait puisi itu disandingkan dengan kalimat “Di Tiap Penyatuan Nafas”. Sehingga mengandung arti bahwa ada sisi ketidaksempurnaan di dalam penyatuan nafas walaupun bisa mewujudkan harapan kesempurnaan seperti halnya rembulan purnama.

Lalu apa makna dari “Penyatuan Nafas”? di sini bisa diartikan dalam batas komunikasi. Namun mengartikan penyatuan nafasnya masih membutuhkan pemahaman yang lain yang masih berkaitan dengan komunikasi. Bisa saja komunikasi seputar cara pandang yang menyatu, keintiman komunikasi, atau komunikasi lain yang lebih bersifat kebutuhan biologis karena mematok pada kata Penyatuan Nafas yang bisa diartikan kontak fisik antar mulut.

Untuk memaknai lebih sempurna lagi, maka kita harus melanjutkan pada kalimat “Terlalu Banyak Cerita Yang Hangus” karena masih dalam satu kalimat dengan yang di atas. Ada apa dengan kalimat tersebut? Kalimat tersebut menekankan pada kata “Cerita”. Bila berbentuk cerita, berarti menyangkut masa lalu. Lalu disandingkan dengan kata “Hangus” yang memiliki pengertian telah terbakar, atau telah terjadi sebuah konflik memanas sehingga terbakar sampai hangus. Kisah yang dialami terlalu banyak mengalami konflik yang terbakar-bakar sampai akhirnya tak dapat tertolong alias hangus. Arti cerita di sini menekankan tidak hanya pada seputar koflik percintaan melainkan berbagai cerita namun berdampak pada kehidupan percintaannya yang sekarang.

Saya memiliki penilaian sendiri bahwa makna dari bait puisi “Tak Purnama Rembulan Di Tiap Penyatuan Nafas, Terlalu Banyak Cerita Yang Hangus” adalah sebuah ungkapan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kekasih, pasangan yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan pasangannya. Terjadi sebuah pengulangan konflik dalam hal komunikasi dan memang sebagian besar konflik percintaan terletak pada komunikasi. Di tambah kisah konflik percintaan yang terdahulu, semasa pacaran, pun mengalami hal yang sama. Menandakan di rumah tanggannya selalu ada tema “tidak setuju”, “salah” dan “benci” sehingga komunikasi tidak nyambung, putus, atau banyak hal hal yang tidak menyatu dengan sempurna.

Bagaimana makna dari kalimat bait puisi “Cinta Kian Memblur, Kabur, Dari pandangan Mata?” Hal ini bergantung dari makna kalimat sebelumyna yang diambilnya. Kalau berdasarkan kalimat yang saya ambil, bisa dikatakan bermakna ada pengurangan rasa cinta akibat terlalu sering terjadi konflik atau putus asa memahami bagaimana hakekat cinta akibat kisah percintaan dirinya yang selalu mendapat konflik atas nama rasa cinta. Apa yang dilihat dirinya, dilihat matanya, selalu tidak mendapati makna sebuah cinta dalam hubungan. Bukankah sering rasa cinta pada kekasih ditandai dengan konflik-konflik mengatasnamakan cinta?

Seperti yang sudah dikatakan di awal bahwa ketidaksempurnaan menghadirkan komunikasi masih bisa mewujudkan kesempurnaan atau paling tidak memaksimalkan kesempurnaan seperti halnya rembulan yang selalu hadur sempurna di pertengahan tanggal. Paling tidak ada sisi lain hidup yang sama-sama menyetujui, menyukai, menyatu dalam komunikasinya. Seperti halnya pada kalimat puisi berikutnya yaitu “Aku Hanya Mampu Menabur Aroma Kopi Pagi Untuk Sisi Lain Hidupmu” yang memiliki makna keserasian di hidup yang lain dalam sebuah jalinan percintaan.